Ramadan.id – Ramadan 1444 H telah memasuki 10 hari terakhirnya. Berbagai keutamaan pun dijanjikan oleh Allah SWT pada malam-malam terakhir bulan Ramadan.
Untuk mengetahuinya, berikut adalah jadwal 10 hari terakhir bulan Ramadan. Dengan menyadarinya, diharapkan kita senantiasa mencari dan mengusahakan malam-malam penuh keutamaan ini.

10 Hari Terakhir Ramadan 1444 H – [Doc. Istimewa]
Dalam buku Kisah Paling Inspiratif & Mengharukan Rasulullah yang ditulis oleh Maria Hidayah, diceritakan bagaimana keindahan malam lailatul qadar tersebut.
Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa Rasulullah SAW sedang duduk beri’tikaf semalam suntuk, terutama pada hari-hari terakhir bulan suci Ramadan.
Melihatnya, tak sedikit para sahabat pun turut mengikuti yang dilakukan Rasulullah. Ketika Nabi berdiri untuk melaksanakan salat, mereka juga salat. Ketika Nabi menengadahkan tangan untuk berdoa, mereka pun mengamininya.
Kala itu, langit sedang mendung. Angin pun meniup tubuh orang yang berada di masjid tersebut. Riwayat tersebut menyebutkan bahwa hal itu terjadi pada malam ke-27 bulan Ramadan.
Pada saat Rasulullah SAW dan para sahabat tengah bersujud, hujan tiba-tiba turun dengan cukup deras. Masjid yang tak beratap itu pun dipenuhi dengan genangan air hujan.
Hal itu membuat salah seorang sahabat berkeinginan membatalkan salatnya. Sahabat tersebut bermaksud untuk berteduh dan meninggalkan shaf. Akan tetapi, niat tersebut tak dilaksanakan karena melihat Rasulullah tetap bersujud.
Bahkan, ketika air semakin menggenangi masjid dan membasahi seluruh tubuh Rasulullah SAW dan para sabata, mereka tetap bersujud dan tak beranjak.
Rasulullah yang telah basah kuyup masih tetap bersujud dan tak bergerak sama sekali. Nabi seolah telah masuk ke dalam alam lain dan melupakan yang terjadi di sekitarnya.
Nabi SAW tak bergerak seolah takut kehilangan keindahan yang sedang ia saksikan di alam lain tersebut. Bahkan, ketika sejumlah sahabat lain telah menggigil kedinginan, Rasulullah tetap dalam sujudnya.
Baru ketika Rasulullah SAW mengangkat kepala dan mengakhiri salatnya, hujan pun seketika berhenti. Sahabat Rasulullah SAW, Anas bin Malik bangun dari tempat duduknya dan berlari hendak mengambil pakaian kering untuknya.
Namun, Rasulullah justru mencegahnya seraya berakata, “Wahai Anas bin Malik, janganlah engkau mengambilkan sesuatu untukku, biarlah kita sama-sama basah, nanti juga pakaian kita akan kering dengan sendirinya.”
Anas bin Malik lantas kembali duduk dan mendengarkan dengan seksama cerita Rasulullah SAW mengapa ia sujud begitu lama. Ternyata, ketika hujan mulai turun, saat itu pul malaikat di bawah pimpinan Jibril turun dalam keindahan aslinya.
Mereka berbaris rapi dengan gemuruh suara tasbih dan tahmid. Suara tersebut bergema di langit dan di bumi. Pada saat itu pula alam semesta dipenuhi dengan cahaya Ilahi.
Keadaan itulah yang membuat Rasulullah SAW terpaku menyaksikan keindahan dan cahaya yang sama sekali belum pernah dilihatnya. Keadaan itulah yang disebut dengan Malam Lailatul Qadar.
Apa Itu Malam Lailatul Qadar?
Lailatul Qadar yang sesaat itu, lebih baik dari pada seribu bulan. Pada malam tersebut, para malaikat di bawah pimpinan Jibril turun atas izin Allah SWT.
Mereka menebarkan kedamaian, keselamatan, kesejahteraan, dan mengatur segala urusan. Mereka menyampaikan salam hingga terbitnya fajar ke seluruh semesta alam.
Ketika mendapati malam tersebut, saat mencapai puncak terakhir dari bulan Ramadan, manusia akan mendapatkan pembebasan dari api neraka. Pada malam-malam terakhir, malaikat turun dari langit untuk menaburkan kasih sayang Allah SWT sampai terbit fajar.
Lailatur Qadar ini adalah malam kebesaran Allah SWT, malam keagungan-Nya, malam pengampunan para pembuat dosa, serta menebarkan kasih sayang kepada hamba-NYA.
Di langit ada kerajaan yang sangat besar, yang mengatur dan mencatat amal manusia. Namun, ketika para malaikat itu melihat kitab catatan amal manusia, mereka iri dengan amal yang hanya khusus dilakukan penduduk bumi pada malam Lailatur Qadar.
Tak ada malaikat yang dapat menirunya. Salah satu di antaranya adalah rintihan taubat para pembuat dosa yang akan diampuni dosa-dosanya.
Allah SWT berfirman dalam hadis qudsi:
“Aku lebih suka mendengarkan rintihan para pembuat dosa ketimbang gemuruh suara tasbih. Karena gemuruh suara tasbih hanya menyentuh kebesaran-Ku, sedangkan rintihan para pembuat dosa menyentuh kasih sayang-Ku.”